Pada tanggal 27/11 kemarin, PT ITS berhasil menggelar sebuah hajatan besar yang rutin diadakan tiap tahun, yaitu International Conference of Innovation & Industrial Application (CINIA) di Sheraton Hotel, Surabaya. Acara yang sedianya dihadiri oleh Menteri Komunikasi & Informasi Rudiantara, dan Walikota Surabaya, Tri Rismaharani ini tetap berlangsung dengan meriah meskipun kedua keynote speaker tersebut berhalangan hadir. Hal tersebut ditandai dengan hadirnya sejumlah kepala/wakil kepala daerah dari Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Penajam Pasir Utara, Kabupaten Kapuas, serta Kabupaten Bangli.
Acara CINIA ke-4 ini dibuka oleh Rektor ITS, Prof. Joni Hermana yang lalu dilanjutkan dengan penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) dan Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara ITS dengan Pelindo II dan Kabupaten Kapuas. Konferensi yang pada edisi ini mengambil tema “Challenge and Implementation of Smart City in Industry 4.0 Era” kemudian diisi dengan keynote speaking yang dibawakan oleh Plt Direktorat Jenderal Layanan Aplikasi Informasi Pemerintah Bambang Dwi Anggono S.Sos, M.Eng sebagai perwakilan dari Kemkominfo.
Pada keynote speaking tersebut, Ibenk (sebutan akrab Bambang) memaparkan 4 hal yang menjadi kekuatan super dunia modern yang yang mendorong transformasi global, yaitu mobile, cloud computing, internet of things (IoT), dan artificial intelligence (AI). Pemaparan dilanjutkan dengan penjelasan konsep gagasan smart city di mana dia meluruskan konsep smart city yang kerap kali disalahartikan oleh masyarakat dengan masifnya penggunaan teknologi di sebuah kota. Menurutnya, smart city tidak harus dengan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), namun lebih kepada perubahan pola pikir dalam pemecahan masalah pelayanan masyarakat dengan cara yang lebih efektif dan efisien. Sementara, peran teknologi dalam gagasan smart city hanyalah sebuah enabler yang memungkinan eksekusi pemecahan-pemecahan masalah tersebut dilakukan.
Lanjutnya, dia mengungkapkan kekhawatiran lain dari latahnya implementasi smart city di daerah-daerah. Beberapa pengalaman yang diambil dari kasus-kasus gagalnya penerapan smarti city di daerah-daerah di antaranya adalah adanya euforia dari pemerintah-pemerintah daerah yang seakan-akan berlomba-lomba untuk menunjukkan bahwa daerahnya menerapkan konsep smart city yang paling canggih sehingga memicu belanja infrastruktur teknologi informasi & komunikasi secara besar-besaran sehingga akhirnya malah menjadi tidak efisien.
Problem tersebut juga dipicu karena belum adanya standar nasional dalam penerapan smart city dan smart province sehingga banyak pemerintah daerah yang sudah mengembangkan smart city/smart province namun justru menjadi sibuk dengan ‘mainannya’ masing-masing sehingga smart city tersebut berkembang sesuai dengan ekosistem teknologinya masing-masing sehingga sulit berinteraksi satu sama lain.
Masalah lain yang tidak kalah pentingnya adalah keamanan informasi dan perlindungan data pribadi. Hal ini serta-merta harus jadi pertimbangan karena penerapan e-government pasti melibatkan penarikan dan penyimpanan data pribadi masyarakat dalam jumlah yang besar, sehingga keamanan dan perlindungan data harus menjadi faktor yang krusial karena berhubungan dengan privasi warga negara.
Belajar dari pengalaman-pengalaman tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh Kementrian Komunikasi & Informasi sudah mengupayakan program Smartcity Cloud, yaitu sebuah platform yang dibuat untuk berbagi pakai infrastruktur dan aplikasi Smartcity Indonesia. Dengan program ini, tiap daerah yang ingin mengembangkan smart city/smart province-nya masing-masing dapat berkreasi dengan lebih leluasa tanpa perlu dipusingkan dengan beban investasi untuk infrastruktur maupun biaya lisensi framework yang dipakai.
“Jadi, dengan adanya program ini, kepala-kepala daerah yang ingin buat e-government sudah tidak perlu mengeluarkan biaya lagi untuk sewa server maupun biaya untuk berlangganan layanan-layanan smart city dari luar. Jadi misalnya daerah A ingin pakai layanan dari Oracle, pasti kita sediakan, kalau mau pakai yang lain juga akan kita sediakan juga”, pungkasnya.